Menguji
Kebenaran Sebuah Beritamenguji_kebenaran_sebuah_berita.blogspot.com
Informasi merupakan kebutuhan manusia, bukan saja
pada abad modern ini, tetapi sejak manusia tercipta. Hal ini disebabkan, antara
lain, oleh adanya naluri ingin tahu yang menghiasi makhluk manusia.
Adam a.s. terpedaya oleh rayuan Iblis melalui naluri
ingin tahunya : "Hai Adam, maukah aku tunjukkan kepada kamu pohon kekebalan (khuldi)
dan kekuasaan abadi?" (QS.20:120)
Informasi Iblis ini ternyata bukan hanya salah
tetapi sekaligus menyesatkan. Al-Quran mengingatkan penerim informasi untuk
menimbang bahkan menyelidiki dengan seksama informasi yang disampaikan
khususnya oleh orang-orang yang tidak terpercaya (baca QS.49:6)
"Hai orang-orang
yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka
periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu." (Al-Hujurat : 6)
Disisi lain kepada pembaca berita, Al-Quran berpesan
: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan sampaikanlah
perkataan yang sadid. (QS.33:70)
Kata sadid dalam pesan diatas, bukan hanya berati
“benar”. Lebih jauh dari itu, kata ini dalam berbagai bentuknya pada akhirnya
bermuara kepada makna meghalangi atau membendung (dalam arti yang tidak sesuai,
sehingga menghasilkan sesuatu yang berguna). Atas dasar makna ini para ulama
menekankan bahwa semua ucapan apapun bentuk dan kandungannya, disamping harus
sesuai dengan kenyataan juga harus menjamin sasarannya untuk tidak terjerumus
kedalam kesulitan, bahkan membuahkan manfaat.
Dari sinilah dikenal ungkapan li kulli maqam maqal
wa likulli maqal maqam (untuk setiap tempat ada ucapan yang sesuai dan untuk setiap
ucapan ada tempat yang sesuai). Boleh jadi ada lebenaran yang harus anda
tangguhkan penyampaiannya demi kemaslahatan.
Umar r.a. melihat Abu hurairah berjalan tergesa-gesa
dan kemudian menegurnya : “akan kemana, hai Abu Hurairah?”.
“ke pasar, menyampaikanapa yang kudengar dari Rasul
saw., bahwa siapa yang mengucapkan lailaha illa Allah ia akan masuksurga,”
jawabnya.
Umar menarik Abu Hurairah dan menemui Rasul guna
menguji kebenaran informasi tersebut. Akhirnya Rasul saw. Membenarkan. Namun
demikian, Umar mengusulkan agar berita itu tidak disampaikan kepada sembarang
orang karena khawatirmenimbulkan kesalahpahaman dan Rasul menyetujui usul Umar.
Apakah ini ketertutupan atau tangguh jawab? Apapun
namanya, yang pasti kalimat yang disampaikan adalah amanat yang harus
dipelihara dan dipertanggungjawabkan. Menarik sekali me ngamati sistemaika
ayat-ayat Al-Quran berkaitan dengan soal ini. Setelah memerintahkan untuk
mengucapkan kata-kata yang benar dan membawa kemaslahatan serta setelah
menjelaskan dampak positif dari petunjuk tersebut (QS.33: 70-71) baru
disusulnya penjelasan itu dengan : "Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat
kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tettapi mereka enggan menerimanya
(karena) takut menyia-yiakannya, lalu amanat tersebut (diterimma untuk) dipikul
manusia, sesungguhnya manusia amal aniaya amat bodoh." (QS. 33: 72)
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya,
maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu
dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh." (Al-Ahzab : 70-72)
Amanat yang dimaksud adalah petunjuk-petunjuk agama
atau akal pikiran. Dalam bidang informasi, kebodohan manusia antara lain tampak
pada ketidakmampuannya memilah dan memilih tempat, waktu, dan bahan informasi
yang tepat guna. Sedangkan penganiayaannya tercermin antara lain dalam
informasi dan ucapannya yang keliru dan menyesatkan, seperti memutarbalikkan
fakta, menimbulkan selera rendah, meluncurkan yang tidak lucum dan sebagainya
yang kadang melanggar setiap norma.
Entah sudah seberapa jauh kebodohan dan penganiayaan
yang kita lakukan selama ini. Maha benar Allah ketika menyatakan manusia
sungguh bodoh lagi aniaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar