aslkm kwn smua......!!!
smg sll dlm naungan ridha-Nya...! shg kta dpt slg berbagi kebaikan yg full necessary, upya m'gapai kesejahteraan hidup bsma........
smg sll dlm naungan ridha-Nya...! shg kta dpt slg berbagi kebaikan yg full necessary, upya m'gapai kesejahteraan hidup bsma........
baik pada kesempatan ini, saya ingin berbagi sekilas analisa sya seputar
hakikat dan keunggulan manusia sbg makhluk yg plg complete dr lainya........smg
dpt b'manfaat...!!!! :)
"Excelence of
Human"
Manusia, jika dikaji dari bahasa arab, berakar dari asal kata
“nasiya-yansa” yang berarti “lupa”. Dimana setiap manusia tak kan pernah luput
dari sifat lupa. Namun secara teori, manusia dapat didefinisikan sebagai raga
yang memiliki roh dan kekhasan tersendiri [akal dan potensi hidup (kebutuhan
jasmani dan naluri)]. Dimana manusia hidup dengan roh/nyawa untuk memenuhi
potensi hidupnya dibawah kendali akalnya.
Namun itu semua hanyalah definisi yang dapat dijangkau manusia. Karena
nalar manusia dibatasi pada tahap batas-batas tertentu. Dimana banyak hal-hal
yang lebih spesifik dan luar biasa yang tak dapat dijangkau oleh akal manusia.
Kenapa begitu??? Jawabannya simpel, karena hal tersebut tak pernah diajarkan
padanya (manusia). (???). (lebih jelasnya akan dipaparkan pada uraian dibawah).
Disini, akan diuraikan beberapa kekhasan manusia, yaitu:
Ø Potensi hidup
o Kebutuhan Jasmani yang muncul dari rangsangan dalam tubuh dengan pemenuhan yang pasti
(karena kalau tidak dipenuhi akan berakhir pada tingkat kematian), seperti
lapar, haus, bernafas, BAB/K, dll.
o Naluri yang muncul dari rangsangan luar tubuh (fakta/pemikiran) dengan pemenuhan
tidak pasti (karena jika tidak dipenuhi hanya akan menyebabkan kegelisahan),
seperti rasa takut, berani, ingin memiliki/berkuasa (naluri mempertahankan
diri), suka lawan jenis, rasa berkasih sayang (naluri melangsungkan
keturunan), rasa takut siksa-Nya, ingin mensucikan diri, taat beribadah (naluri
beragama).
Ø Akal
Akal bukanlah otak. Tapi akal adalah pemberian Sang Pencipta yang bersifat
abstrak. Akal tak berposisi. Akal tak berada di kepala, tak juga di hati. Akal
ialah proses pengkaitan beberapa komponen berikut : dimana ketika manusia
menangkap suatu informasi /ilmu pengetahuan (yang belum
diketahuinya), maka secara langsung akal manusia akan mencoba menganalisa
kebenaran ilmu/informasi tersebut dalam fakta duniawi yang
dapat dengan mudah ditangkap oleh panca indra, yang kemudian
akan distimulasikan ke otak untuk dicerna, disimpan dan
diserap oleh seluruh organ tubuh (sehingga dapat dicetak suatu kesimpulan
tersendiri/sering disebut dengan pemahaman), yang dengannya segala organ dapat
bekerja sesuai prosedur pemahamannya (program perintah).
Oleh karena itu, akal manusia hanya dapat menjangkau sesuatu yang jelas
(diketahui) sumbernya. Namun pada setiap hal yang telah ditetapkan oleh-Nya
tidaklah terkandung kesia-siaan, segalanya ditetapkan atas dasar maksud
tertentu. Dan dalam hal ini, Allah sengaja menetapkan bahwa akal manusia
terbatas dari apa yang tidak diberitahukan. Karena disanalah Allah akan
menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya.
Nah, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa memang pada hakikatnya
kekhasan manusia (potensi hidup dan akal) itu sama. Namun mengapa tak ada
manusia yang sama, baik dari segi pikiran maupun perbuatan/tindakan???
Manusia ada karena hidup. Manusia hidup atas dasar tujuan penciptaannya.
Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di dunia (untuk
mengolah apa yang tersedia di bumi dengan baik). Yang oleh karenanya
manusia dilebihkan dengan akal, agar dapat melaksanakan tuntutan hidupnya
dengan sempurna. Namun kewajiban manusia tak berbatas hanya dengan tuntutan
kekhalifahannya. Sebagai makhluk ciptaan Allah (Sang Pencipta), manusia juga
dituntut untuk berserah diri pada Sang Khalik dengan taat
beribadah sebagai bukti penghambaannya pada Sang Penguasa Alam.
Kedua tuntutan inilah yang harus dipikul manusia dalam menjalani
kehidupannya di dunia. Walau kedua-dua tuntutan ini terdengar mudah (untuk
menjadi khalifah bisa dengan belajar tekun dan untuk berserah diri pada Sang
Khalik bisa dengan beribadah sesuai ketetapan-Nya), namun sesungguhnya untuk
mencapai kedua hal tersebut sesuai standar kesempurnaan manusiawi, manusia
hanya berjuang habis-habisan bahkan sampai mempertaruhkan nyawanya. Mengapa
demikian beratnya???
Hal tersebut hanya dapat dijawab oleh nafsu. Setiap individu
memiliki nafsu untuk menantang akalnya. Disinilah terdapat titik perbedaan
antar setiap individu (manusia). Karena nafsu tak pernah terlepas dari godaan
syaitan, jin, dan iblis. Merekalah (syaitan, jin dan iblis) yang akan terus
mencoba mengambil alih dan mengendalikan nafsu pada setiap jiwa. Lalu dimanakah
titik perbedaan pada manusia dalam hal ini???
Nafsu pada setiap manusia bersifat sangat sensitif dan sangat peka terhadap
rangsangan. Dimana nafsu akan mengikuti segala jenis rangsangan yang memicunya
dan akan dengan sangat mudah terpengaruh dengan efek yang ditimbulkan oleh
rangsangan tersebut. Disinilah peran akal sangat dibutuhkan untuk mengendalikan
segala bentuk rangsangan (khususnya rangsangan yang mengarah pada
keburukan). Karena ia akan menjadi salah satu rintangan/penghalang
langkah manusia.
Dalam hal ini, tak cukup hanya dengan mengetahui jati diri manusia yang
sesungguhnya. Ada banyak hal pada manusia yang perlu dikaji dan ditelaah. Namun
disini kita hanya akan membahas sekilas tentangnya sesuai fakta empiris yang
dapat dijangkau.
Banyak hal rumit yang terjadi dan dijalani oleh manusia. Mulai dari tahap
untuk mengenal jati dirinya yang sesungguhnya, hingga tahap dimana manusia
harus mengendalikan hidupnya dengan baik dan tepat agar seimbang. Seperti yang
telah diketahui bersama bahwa hal terbesar yang memandu manusia dalam hidupnya
di dunia ini adalah waktu. Dimana waktu dijadikan sebagai acuan
hidup setiap individu (manusia). Jika kita melangkah ke tahap analisa, tahap
awal yang tanpa sengaja terbesit dalam benak adalah mempertanyakan “ mengapa
demikian” ???
Kenapa waktu harus ada? Itu karena hidup manusia dimasakan (masa dunia dan
masa akhirat). Dari mana asalnya waktu? Waktu ada disaat ada proses dan tempat.
Nah, kenapa kita sekarang sangat bergantung pada waktu? Itu semua karena kita
sangat bergantung pada tempat dan proses.
Pada saat manusia pertama ( Nabi Adam) diciptakan, hal utama yang
dibutuhkan adalah tempat (bernaung), sehingga Allah menempatkannya di surga.
Kemudian proses yang dilakukan dalam kehidupannya hanyalah proses belajar
mengenal nama-nama objek (tanpa harus dengan perintah) yang dapat dijangkau
oleh panca inderanya, dan proses penghambaannya (beribadah) pada Sang Khalik.
Sebagai manusia yang mempunyai potensi hidup (kebutuhan jasmani dan naluri),
lamban laun Nabi Adam mulai mengenal jati dirinya sebagai manusia sosial yang
memiliki rasa berkasih sayang (naluri melangsungkan keturunan). Sehingga Allah
menciptakan baginya seorang pasangan hidup sebagai objek pemenuhan nalurinya.
Disinilah tercipta suatu proses baru, dimana hal tersebut dapat memberikan
informasi baru bagi manusia bahwa proses dalam kehidupan manusia akan terus
berkembang sesuai dengan proses pertumbuhannya. Dimana setiap proses yang
terjadi sangat bergantung pada waktu/masanya.
Lalu, bagaimana dengan hakikat manusia sebagai makhluk yang tak kan pernah
luput dari “kelupaan”. Kenapa manusia harus diikat dengan sifat lupa??? Padahal
kemampuan otak manusia sangatlah luar biasa. Karena setiap otak manusia mampu
mengendalikan aspek fisik dan psikis manusia secara bersamaan, baik sadar
maupun tidak sadar. (???)
Jika dikaji secara teori, lupa adalah lepas dari ingatan atau lemah
ingatan. Dimana kelupaan dapat menyebabkan seseorang tidak ingat dan tidak tahu
akan hal-hal yang pernah diketahui dan diingatnya. Oleh karenanya lupa sering
diidentifikasikan sebagai wabah bencana ilmu/penyebab hilangnya ilmu dan
sebagai sumber kekhilafan, kekeliruan, dan kesalahan (dimana kondisi lupa
tersebut menyebabkannya tak sadar akan hal yang sedang dilakukannya).
Jika kita menganalisa kembali kepada otak, maka terbesit tanda tanya “ otak
yang begitu spesifik dan sempurna, mengapa harus ditantang dengan LUPA? ” dan
mengapa otak yang sedemikian kompleksnya bisa dengan mudah dihantam oleh si
LUPA? “......
Namun demikian, patut diketahui bahwa disinilah Allah menyelipkan titik
kekuasaan dan kesempurnaan-Nya yang tiada banding. Inilah salah satu titik yang
Allah signalkan kepada kita agar kita terus bersyukur kepada-Nya atas segala
kesempurnaan-Nya.
Selain itu, patut diketahui bahwa Allah Maha Adil. Dimana di setiap
kerumitan selalu disediakan kemudahan. Begitu pun dengan kebingungan, selalu
disandingkan dengan solusinya tersendiri.
Dari pemaparan panjang diatas, telah dijelaskan bagaimana hakikat manusia
sesuai spesifikasinya. Namun itu semua hanyalah berdasarkan penalaran yang saya
pahami (yang belum tentu kebenarannya). Dan satu hal yang harus diketahui
bersama bahwa pemenuhan potensi hidup setiap manusia haruslah dengan aturan
Penciptanya (Allah SWT), dimana akal sangat berperan penting untuk memahami
aturan-aturan-Nya, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan duniawi secara
tepat sesuai ketetapan (syariah) Sang Pencipta (Allah SWT).