Jumat, 23 Mei 2014

aslkm kwn smua......!!!
smg sll dlm naungan ridha-Nya...! shg kta dpt slg berbagi kebaikan yg full necessary, upya m'gapai kesejahteraan hidup bsma........
baik pada kesempatan ini, saya ingin berbagi sekilas analisa sya seputar hakikat dan keunggulan manusia sbg makhluk yg plg complete dr lainya........smg dpt b'manfaat...!!!! :)

"Excelence of Human"

Manusia, jika dikaji dari bahasa arab, berakar dari asal kata “nasiya-yansa” yang berarti “lupa”. Dimana setiap manusia tak kan pernah luput dari sifat lupa. Namun secara teori, manusia dapat didefinisikan sebagai raga yang memiliki roh dan kekhasan tersendiri [akal dan potensi hidup (kebutuhan jasmani dan naluri)]. Dimana manusia hidup dengan roh/nyawa untuk memenuhi potensi hidupnya dibawah kendali akalnya.
Namun itu semua hanyalah definisi yang dapat dijangkau manusia. Karena nalar manusia dibatasi pada tahap batas-batas tertentu. Dimana banyak hal-hal yang lebih spesifik dan luar biasa yang tak dapat dijangkau oleh akal manusia. Kenapa begitu??? Jawabannya simpel, karena hal tersebut tak pernah diajarkan padanya (manusia). (???). (lebih jelasnya akan dipaparkan pada uraian dibawah).
Disini, akan diuraikan beberapa kekhasan manusia, yaitu:
Ø  Potensi hidup
o   Kebutuhan Jasmani yang muncul dari rangsangan dalam tubuh dengan pemenuhan yang pasti (karena kalau tidak dipenuhi akan berakhir pada tingkat kematian), seperti lapar, haus, bernafas, BAB/K, dll.
o   Naluri yang muncul dari rangsangan luar tubuh (fakta/pemikiran) dengan pemenuhan tidak pasti (karena jika tidak dipenuhi hanya akan menyebabkan kegelisahan), seperti rasa takut, berani, ingin memiliki/berkuasa (naluri mempertahankan diri), suka lawan jenis, rasa berkasih sayang (naluri melangsungkan keturunan), rasa takut siksa-Nya, ingin mensucikan diri, taat beribadah (naluri beragama).
Ø  Akal 
Akal bukanlah otak. Tapi akal adalah pemberian Sang Pencipta yang bersifat abstrak. Akal tak berposisi. Akal tak berada di kepala, tak juga di hati. Akal ialah proses pengkaitan beberapa komponen berikut : dimana ketika manusia menangkap suatu informasi /ilmu pengetahuan (yang belum diketahuinya), maka secara langsung akal manusia akan mencoba menganalisa kebenaran ilmu/informasi tersebut dalam fakta duniawi yang dapat dengan mudah ditangkap oleh panca indra, yang kemudian akan distimulasikan ke otak untuk dicerna, disimpan dan diserap oleh seluruh organ tubuh (sehingga dapat dicetak suatu kesimpulan tersendiri/sering disebut dengan pemahaman), yang dengannya segala organ dapat bekerja sesuai prosedur pemahamannya (program perintah).
Oleh karena itu, akal manusia hanya dapat menjangkau sesuatu yang jelas (diketahui) sumbernya. Namun pada setiap hal yang telah ditetapkan oleh-Nya tidaklah terkandung kesia-siaan, segalanya ditetapkan atas dasar maksud tertentu. Dan dalam hal ini, Allah sengaja menetapkan bahwa akal manusia terbatas dari apa yang tidak diberitahukan. Karena disanalah Allah akan menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya.


Nah, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa memang pada hakikatnya kekhasan manusia (potensi hidup dan akal) itu sama. Namun mengapa tak ada manusia yang sama, baik dari segi pikiran maupun perbuatan/tindakan???
Manusia ada karena hidup. Manusia hidup atas dasar tujuan penciptaannya. Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di dunia (untuk mengolah apa yang tersedia di bumi  dengan baik). Yang oleh karenanya manusia dilebihkan dengan akal, agar dapat melaksanakan tuntutan hidupnya dengan sempurna. Namun kewajiban manusia tak berbatas hanya dengan tuntutan kekhalifahannya. Sebagai makhluk ciptaan Allah (Sang Pencipta), manusia juga dituntut untuk berserah diri pada Sang Khalik dengan taat beribadah sebagai bukti penghambaannya pada Sang Penguasa Alam.
Kedua tuntutan inilah yang harus dipikul manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia. Walau kedua-dua tuntutan ini terdengar mudah (untuk menjadi khalifah bisa dengan belajar tekun dan untuk berserah diri pada Sang Khalik bisa dengan beribadah sesuai ketetapan-Nya), namun sesungguhnya untuk mencapai kedua hal tersebut sesuai standar kesempurnaan manusiawi, manusia hanya berjuang habis-habisan bahkan sampai mempertaruhkan nyawanya. Mengapa demikian beratnya???
Hal tersebut hanya dapat dijawab oleh nafsu. Setiap individu memiliki nafsu untuk menantang akalnya. Disinilah terdapat titik perbedaan antar setiap individu (manusia). Karena nafsu tak pernah terlepas dari godaan syaitan, jin, dan iblis. Merekalah (syaitan, jin dan iblis) yang akan terus mencoba mengambil alih dan mengendalikan nafsu pada setiap jiwa. Lalu dimanakah titik perbedaan pada manusia dalam hal ini???
Nafsu pada setiap manusia bersifat sangat sensitif dan sangat peka terhadap rangsangan. Dimana nafsu akan mengikuti segala jenis rangsangan yang memicunya dan akan dengan sangat mudah terpengaruh dengan efek yang ditimbulkan oleh rangsangan tersebut. Disinilah peran akal sangat dibutuhkan untuk mengendalikan segala bentuk rangsangan (khususnya rangsangan yang mengarah pada keburukan).  Karena ia akan menjadi salah satu rintangan/penghalang langkah manusia.
Dalam hal ini, tak cukup hanya dengan mengetahui jati diri manusia yang sesungguhnya. Ada banyak hal pada manusia yang perlu dikaji dan ditelaah. Namun disini kita hanya akan membahas sekilas tentangnya sesuai fakta empiris yang dapat dijangkau.
Banyak hal rumit yang terjadi dan dijalani oleh manusia. Mulai dari tahap untuk mengenal jati dirinya yang sesungguhnya, hingga tahap dimana manusia harus mengendalikan hidupnya dengan baik dan tepat agar seimbang. Seperti yang telah diketahui bersama bahwa hal terbesar yang memandu manusia dalam hidupnya di dunia ini adalah waktu. Dimana waktu dijadikan sebagai acuan hidup setiap individu (manusia). Jika kita melangkah ke tahap analisa, tahap awal yang tanpa sengaja terbesit dalam benak adalah mempertanyakan “ mengapa demikian” ???
Kenapa waktu harus ada? Itu karena hidup manusia dimasakan (masa dunia dan masa akhirat). Dari mana asalnya waktu? Waktu ada disaat ada proses dan tempat. Nah, kenapa kita sekarang sangat bergantung pada waktu? Itu semua karena kita sangat bergantung pada tempat dan proses.
Pada saat manusia pertama ( Nabi Adam) diciptakan, hal utama yang dibutuhkan adalah tempat (bernaung), sehingga Allah menempatkannya di surga. Kemudian proses yang dilakukan dalam kehidupannya hanyalah proses belajar mengenal nama-nama objek (tanpa harus dengan perintah) yang dapat dijangkau oleh panca inderanya, dan proses penghambaannya (beribadah) pada Sang Khalik. Sebagai manusia yang mempunyai potensi hidup (kebutuhan jasmani dan naluri), lamban laun Nabi Adam mulai mengenal jati dirinya sebagai manusia sosial yang memiliki rasa berkasih sayang (naluri melangsungkan keturunan). Sehingga Allah menciptakan baginya seorang pasangan hidup sebagai objek pemenuhan nalurinya. Disinilah tercipta suatu proses baru, dimana hal tersebut dapat memberikan informasi baru bagi manusia bahwa proses dalam kehidupan manusia akan terus berkembang sesuai dengan proses pertumbuhannya. Dimana setiap proses yang terjadi sangat bergantung pada waktu/masanya.
Lalu, bagaimana dengan hakikat manusia sebagai makhluk yang tak kan pernah luput dari “kelupaan”. Kenapa manusia harus diikat dengan sifat lupa??? Padahal kemampuan otak manusia sangatlah luar biasa. Karena setiap otak manusia mampu mengendalikan aspek fisik dan psikis manusia secara bersamaan, baik sadar maupun tidak sadar. (???)
Jika dikaji secara teori, lupa adalah lepas dari ingatan atau lemah ingatan. Dimana kelupaan dapat menyebabkan seseorang tidak ingat dan tidak tahu akan hal-hal yang pernah diketahui dan diingatnya. Oleh karenanya lupa sering diidentifikasikan sebagai wabah bencana ilmu/penyebab hilangnya ilmu dan sebagai sumber kekhilafan, kekeliruan, dan kesalahan (dimana kondisi lupa tersebut menyebabkannya tak sadar akan hal yang sedang dilakukannya).
Jika kita menganalisa kembali kepada otak, maka terbesit tanda tanya “ otak yang begitu spesifik dan sempurna, mengapa harus ditantang dengan LUPA? ” dan mengapa otak yang sedemikian kompleksnya bisa dengan mudah dihantam oleh si LUPA? “......
Namun demikian, patut diketahui bahwa disinilah Allah menyelipkan titik kekuasaan dan kesempurnaan-Nya yang tiada banding. Inilah salah satu titik yang Allah signalkan kepada kita agar kita terus bersyukur kepada-Nya atas segala kesempurnaan-Nya.
Selain itu, patut diketahui bahwa Allah Maha Adil. Dimana di setiap kerumitan selalu disediakan kemudahan. Begitu pun dengan kebingungan, selalu disandingkan dengan solusinya tersendiri.
Dari pemaparan panjang diatas, telah dijelaskan bagaimana hakikat manusia sesuai spesifikasinya. Namun itu semua hanyalah berdasarkan penalaran yang saya pahami (yang belum tentu kebenarannya). Dan satu hal yang harus diketahui bersama bahwa pemenuhan potensi hidup setiap manusia haruslah dengan aturan Penciptanya (Allah SWT), dimana akal sangat berperan penting untuk memahami aturan-aturan-Nya, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan duniawi secara tepat sesuai ketetapan (syariah) Sang Pencipta (Allah SWT).